template

Tuesday, December 21, 2010

Minggu, 19 Desember 2010

Aku akan bercerita tentang pengalamanku di rumahnya Biyanka yang super heboh dan super konyol. Bermula pada pagi hari jam 8 pagi harusnya kami ngumpul dan aku smapai di sekolah jam setengah 8 jadi sekolah masih kosong banget, cuma ada anak SMA yg mondar-mandir. Setelah terkumpul beberapa anak, Bu Emi pun menyuruh kami untuk berangkat duluan dan Bu Emi akan menyusul bersama anak yg belum datang. Di dalam mobil, karena kita tidak mendapatkan pinjaman angkot, aku benar-benar mual dan pusing. Gak pingin muntah sih cuman pusingnya banget. Nyampe di rumah Biyanka kita duduk2 di ruang tengahnya dan makan cemilan sambil nunggu yg belum nyampe. Sementara Titha, Alfi, Iqbal, dan Rana ngobrol di teras rumahnya Biyanka, aku dan yg lain pergi ke kebun salaknya Biyanka dan beberapa anak mencoba untuk mengambil itu salak dengan tangan mereka sendiri. Di rumah Biyanka kita juga ketemu sama neneknya dan adiknya yg wajahnya mengingatkanku akan adiknya Naufal yg harusnya enggak kuinget-inget lagi.

Terus setelah lengkap semua yg datang, kita pergi ke hutan bambu menggunakan mobilnya Bu Emi dan Biyanka. Aku, Esti, Daniar, Anindita, Yayand, Dilah, Ditha, Kharisma, dan Nahda naik mobilnya Biyanka. Sedangkan Titha, Datu, Iis, Rana, Iqbal, Alfi, Ainun, dan Aldi naik mobilnya Bu Emi. Terus mobil Bu Emi bernagkat duluan. Di tengah perjalanan mobilnya Biyanka bannya kayak bocor gitu, jadi kita balik lagi ke sebuah tukang tambal ban. Anindita pingin ke WC lalu aku, Daniar, dan Yayand ikut. Kami langsung menuju WC milik tukang tambal ban itu. Dan alangkah kagetnya kami ketika melihat bahwa istilah WC = Watering Closet bukanlah sebuah istilah melainkan sebuah kenyataan yg benar-benar absolut. Kamar mandi itu memiliki wallpaper atas yg bisa menyesuaikan dengan cuaca aslinya dan dapat mengeluarkan air dengan kapasitas yg besar. Jadi dapat kita simpulkan dari kesimpulan di atas bahwa kamar mandi itu tidak memiliki atap. Sedangkan saat itu hujan deras. Kita pun tidak punya pilihan dan menggunakan WC itu secara bergantian. Aku pun tidak lupa membaca bacaan basmalah sebelum melangkahkan kakiku ke dalam WC. Kita pun basah kuyup dan ketika kembali dengan entengnya si tukang tambal berkata, "gimana WC-nya ? enak ya ?". Buset dah itu tukang!

Kami melanjutkan perjalanan dan itu berarti beberapa dari kami melanjutkan pusing kami. Ketika sampai di "aku enggak tahu apa namany" kita segera berfoto-foto dan melanjutkan perjalanan lagi ke Hutan Bambu. Selama perjalanan kami melewati jurang2 dan kita asyik bercanda tentang mencoba mendorong tutup botol ke jurang itu. Sesampainya di Hutan Bambu, masih hujan deras. Kita jadi gak bisa foto2 dan pulang setelah kita melihat sungainya. Lalu kita pusing lagi dan setelah agak sore kita pun pulang.

2 comments: